حَنِيفًا

haniifa.wordpress.com

Shalat khok ribet gituh

Posted by حَنِيفًا on July 28, 2009

Assalamu’alaikum,

Karena saya tidak mendapat jawaban yang memuaskan, maka dengan berat hati beberapa komentar saya postingkan di gubug derita ini… 😦
_____________________________________________________________

Haniifa berkata
Juli 22, 2009 pada 4:08 am

@Mas PJ

Sayyidina Ali Karamallahu wajhah pernah mengatakan : “Tidak syah Shalat seseorang melainkan terlebih dulu harus mengenal Allah”. Begitu ia ditanya apakah engkau mengenal / melihat akan Allah, maka di jawab oleh beliau : “Aku tidak mangabdi kepada yang tidak aku kenal / lihat”.
_________________________
Mohon maaf rasanya kontradiksi satu sama lain ?!
Lalu bagaimana dengan ayat berikut :

Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada adzab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan (haniifa:mengerjakan/menetapi) shalat. Dan barang siapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali (mu)

Bisa dijelaskan korelasinya ?!

Terima kasih.

Wassalam, Haniifa.

Pengembarajiwa berkata
Juli 23, 2009 pada 11:37 am

Salam Kenal Mas Haniifa, dan selamat datang di Pondok PJ yang reot dan apa adanya ini.

Sebelum saya mencoba untuk menguraikannya, bisakah Anda sampaikan ke saya dimanakah letak Kontradiksinya menurut Anda…???
Salam Hormat,
Salam Hangat,
Salam Taklim…..

Pengembara Jiwa


Haniifa berkata
Juli 23, 2009 pada 11:52 am

Terimakasih atas kesediaan berkenalannya.
Sebelum saya mencoba untuk menguraikannya, bisakah Anda sampaikan ke saya dimanakah letak Kontradiksinya menurut Anda…???
_______________________
Standar baku Umat Islam :
1. Al Qur’an
2. As Sunnah Nabi Muhammad s.a.w

Sebelum kita lanjutkan,sama kan dulu persepsinya.
Apakah termasuk primari (Standar baku) atau bukan, statement dibawah ini ?

Sayyidina Ali Karamallahu wajhah pernah mengatakan : “Tidak syah Shalat seseorang melainkan terlebih dulu harus mengenal Allah”. Begitu ia ditanya apakah engkau mengenal / melihat akan Allah, maka di jawab oleh beliau : “Aku tidak mangabdi kepada yang tidak aku kenal / lihat”.

Wassalam, Haniifa.

No respond ❓

_____________________________________________________________
Haniifa berkata
Juli 22, 2009 pada 4:35 am

Sori lupa :
…Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada adzab Rabb-nya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan (haniifa:mengerjakan/ menetapi) shalat…. (QS 35:18)

Satu lagi:
(QS 107:5) : (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
Lalai disini artinya kadang-kadang shalat, analogi saudara lalai mengerjakan tugas bukan berarti saudara tidak bertugas.

thx.

Pengembarajiwa berkata
Juli 23, 2009 pada 11:43 am

Lalai itu adalah Lupa, dan Lupa itu tidak ingat.

Lalu di katakan dalam Firman tsb : “Merugilah/Celakalah orang2 yang Sholat, yang di dalam Sholat itu ia lalai”.

Jelas sekali menyatakan bahwa mereka yang dimaksud dengan Ayat tsb adalah mereka yang Sholat tetapi dalam Sholatnya tidak ingat akan Allah. Dan tentunya bagaimana mungkin bisa mengingat Allah sedangkan mengenal saja TIDAK!!!, karenanya Allah mengatakan mereka itu adalah orang2 yang LALAI DALAM SHOLATNYA.

Semoga berkenan…..

Salam taklim,
Salam Persahabatan
Salam Persaudaraan dalam Iman dan Islam karena Allah
Allah memberkati Anda sekeluarga dalam Cinta Kasih SayangNya.
Aaamiiin.

Wassalam


Haniifa berkata
Juli 23, 2009 pada 11:54 am

Lalai tidak sama denngan tidak ingat.
Lupa ingatan tidak pernah disebut LALAI 😀

Lalai tidak sama denngan tidak ingat.
Lupa ingatan tidak pernah disebut LALAI 😀

lor Muria berkata
Juli 24, 2009 pada 8:56 am

@Haniifa

Lalai, lupa. Lupa, lalai…..hehehe mana ya yang bener.????
Menurut kamusnya Simbah saya….
LALAI adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang tidak sesuai dengan kaidah/aturan/sistem/tatacara/prosedur tetap yang Baku dan bisa dipertanggungjawabkan.
jadi orang dikatakan Lalai apabila melakukan sesuatu itu menyalahi/melanggar aturan tersebut. Dalam hal ini Tindakan yang menyalahi itu bisa disebabkan karena:
1. Orang tersebut tidak sadar dan memang benar2 LUPA
2. Orang tsb Sadar tetapi KELUPAAN
3. Orang tsb sadar tetapi berani melanggar
4. Orang tsb sadar tetapi TERPAKSA keadaan jadinya Melanggar.
5. Orang tsb sadar tetapi TIDAK TAHU kalau dia itu melanggar.
6. Orang tsb TIDAK SADAR atas TIDAK SADARANnya jadi ya…melanggar.

jadi lupa adalah termasuk dalam ruang lingkup LALAI, tetapi LALAI belum tentu lupa. akhirnya….Jawaban Mas PJ dan Pertanyaan Mas Haniifa bisa dilihat pada posisi mana Pertanyaan dan Jawabannya…:-/:-O


Haniifa berkata
Juli 25, 2009 pada 1:45 am

@Lor Muria
Jadi dalam shalat bigimana ?!

Juli 25, 2009 pada 1:47 am

@Lor Muria
Sekalian mohon penjelasan yang saya tanyaken,menurut kamus simbah sampean ?!

Terima kasih.

No respond ❓

_____________________________________________________________

Haniifa berkata
Juli 25, 2009 pada 1:58 am

@All

Menurut pemahaman saya Standar baku Umat Islam :
1. Al Qur’an
2. As Sunnah Nabi Muhammad s.a.w

Sementara lain @Pengembara Jiwa, menitik beratkan bab shalat pada statement berikut:

Sayyidina Ali Karamallahu wajhah pernah mengatakan : “Tidak syah Shalat seseorang melainkan terlebih dulu harus mengenal Allah”. Begitu ia ditanya apakah engkau mengenal / melihat akan Allah, maka di jawab oleh beliau : “Aku tidak mangabdi kepada yang tidak aku kenal / lihat”.

Pertanyaan saya sangat-sangat simpel :
Apakah termasuk primari (Standar baku) atau bukan, statement tersebut ?

Wassalam, Haniifa.

lor Muria berkata
Juli 25, 2009 pada 1:31 pm

@Haniifa

LALAI dalam Shalat menurut Simbah saya adalah:
Jika seseorang mengerjakan shalat tetapi tidak sesuai dengan Kaidah dan/hakikat Shalat sesuai dgan yang sudah digariskan oleh Rosulullah, yaitu shalat yang khusyu’. bukan sekedar ritual Sholat yang hanya memenuhi syarat dan rukunnya shalat SAJA. Meskipun secara syariat adalah sah tetapi tidak mendapatkan apa2 hanya rasa capai saja( seperti yang disitir dalam Hadits…..cari sendiri ya haditsnya Simbah lupa detilnya).
Berarti yang Sholat adalah Lahir dan Batin, Lahirnya melakukan ritual Batinnya bermi’raj menuju kepada Tuhannya.
Jika batinnya tidak terhubung dengan Tuhannya berarti tidak sempurna/tidak khusyu’ shalatnya. Tidak terhubung ini bisa disebabkan dia LUPA/MELUPAKAN/DILUPAKAN atau memang TIDAK BISA menghubungkan batinnya dengan Tuhannya, ini bisa disebabkan oleh karena belum memahami Siapa Tuhan yang diajak berkomunikasi dengannya. atau karena memang TIDAK PEDULI dengan komunikasi batin dengan Tuhannya.

…………….


Haniifa berkata
Juli 25, 2009 pada 1:53 pm

@lor Muria

Berarti yang Sholat adalah Lahir dan Batin, Lahirnya melakukan ritual Batinnya bermi’raj menuju kepada Tuhannya.
_________________
Mau shalat kok ribet bangat @mbah.

Zaman Nabi Nuh a.s —> masuk perahu selamet dunia dan akherat.
Wudhu -> nggak ada air boleh pakai debu.
Shalat -> Kerjaken dulu, urusan pahala dan diterimannya shalat itu urusan Allah subhanahu wa ta’ala.

Nggak ada urusan bathinnya…

Contohnya:
Jika sampean dalam keadaan peperangan (bathin kacau takut dibunuh) maka shalatlah 2 rakaat dulu… sebagian menjaga… setelah selesai selanjutnya berjaga-jaga untuk yang lain, bukan begitu mbah ?!

*** Coba @mbah cari di Al Qur’an mengenai dalil tersebut ***

Wassalam, Haniifa.


lor Muria berkata
Juli 25, 2009 pada 3:02 pm

Hehehe… KangMas Haniifa ternyata jeli juga….itu awal yang baik untuk melangkah ke yang lebih baik dan lebih baik dan lebih baik…dan…
Soal dalil kangmas Haniifa Lebih tahu betul dari saya…eee atau nanti kalau ketemu Simbah sy tanyakan dalilnya….tunggu aja kalau ada jodoh.
—————————————————————————
Nggak ada urusan bathinnya…
Contohnya:
Jika sampean dalam keadaan peperangan (bathin kacau takut dibunuh) maka shalatlah 2 rakaat dulu… sebagian menjaga… setelah selesai selanjutnya berjaga-jaga untuk yang lain, bukan begitu mbah ?!
—————————————————————————
Hehehe… itu sudah dijawab sendiri Pertanyaannya…memang KangMas Haniifa lebih pinter dari saya … Buat pertanyaan + jawabannya…. Jadi saya nggak usah repot2 menemui mbah saya…hihihihi…
Ya..ya..ya..


Haniifa berkata
Juli 25, 2009 pada 3:31 pm
😀

Juli 25, 2009 pada 2:06 pm

@lor Muria
mbah shalat yuk… :mrgreen:

lor Muria berkata
Juli 25, 2009 pada 3:04 pm

Hehehe… matur suwun sdh diingatkan….
Barusan habis sholat KangMAs terus lihat2 Blog ini, terus ya ngetik aja..

Clear… 😀

_____________________________________________________________

Haniifa berkata
Juli 25, 2009 pada 2:44 pm

@Pengembara Jiwa
Sak belum dishalatken orang-orang, bagusnya sampean shalat sendiri… tapi lebih bagus lagi kalau shalat berjamaah lho… !! katanyah :mrgreen:
_____________________________________________________________

undefined Alam Rasa berkata
Juli 25, 2009 pada 7:54 pm

Assalamu’alaikum wr.wb.
Salam Damai dan Kasih

@ Pengembara Jiwa
@ Lor Muria
@ Haniifa

Perkenankan aku untuk ikut nimbrung dalam diskusinya, karena setahuku di sini adalah bebas berpendapat (Pasal 28 UUD 45 he..he..inget pelajaran SD). Betuk kan Mas PJ?

Setahuku ayat-ayat dalam Al Qur’an memiliki makna berlapis-lapis. Demikian pula perihal Shalat. Sehingga seolah-olah terdapat pertentangan antara ayat yang disebutkan oleh Mas PJ (QS: Al Maa’uun : 4, 5) plus Statement Imam Ali r.a., dengan yang disebutkan oleh Mas Haniifa (QS: Faathir: 18). Pendapatku, ini semua tergantung dari pemahaman dan keyakinan diri masing-masing. Dua-duanya benar.

Bagi para penempuh jalan Ma’rifat gunakanlah pendapat pertama (Mas PJ), karena Cinta Illahi di atas segalanya. Bagi orang kebanyakan, silakan menggunakan pendapat Mas Haniifa. Sesungguhnya Allah SWT memberikan yang terbaik untuk hambanya.

(QS; Al Mu’min:56)
“Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka, tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.


Haniifa berkata
Juli 25, 2009 pada 9:13 pm

Wa’alaikum Salam, @Alam Rasa
Sehubungan dengan (QS Al Mu’min:56) boleh saya tahu, jujur saja menurut sampean bagaimana ?!

Sayyidina Ali Karamallahu wajhah pernah mengatakan : Tidak syah Shalat seseorang melainkan terlebih dulu harus mengenal Allah”. Begitu ia ditanya apakah engkau mengenal / melihat akan Allah, maka di jawab oleh beliau : “Aku tidak mangabdi kepada yang tidak aku kenal / lihat”

Pertama:
Ingat: *** TIDAK SYAH SHALAT *** artinya apa ?!

Kedua:
Mana yang lebih Haq. Al Qur’an atau Katanyah ?!

Wassalam, Haniifa.

lor Muria berkata
Juli 25, 2009 pada 10:28 pm

Kalau saya boleh menjawab nggak???? hehehe…

No respond

_____________________________________________________________

Haniifa berkata
Juli 25, 2009 pada 9:25 pm

Jawabannya to the point saja, jangan basa-basi.

Terima kasih.

#Haniifa.

undefined Alam Rasa berkata
Juli 26, 2009 pada 3:05 am

Salam Kasih

@Lor Muria
Silakan anda menyampaikan pendapatnya.

@Haniifa
Baiklah Mas, memang yang perlu dicermati itu adalah makna dari kata “TIDAK SYAH” dari pernyataan Imam Ali r.a. Menurutku “TIDAK SYAH” di sini adalah secara hakikat, namun secara syariat adalah “SYAH”.

Kalau ditanya mana lebih Haq, Al Qur’an atau katanya, jelas Al Qur’an lebih Haq.

Nah sekarang giliranku yang bertanya: Dari komentarnya, Mas Haniifa merasa bahwa shalat secara hakikat adalah ribet. Ribet apanya? Lha, pengalamanku tidak begitu toh Mas. Malah ringan, nikmat, kayak ketagihan gitu loh. Ada pepatah: BILA TAK KENAL TAK SAYANG.

Wassalam.


Haniifa berkata
Juli 26, 2009 pada 3:31 am

@Alam Rasa
Menurutku “TIDAK SYAH” di sini adalah secara hakikat, namun secara syariat adalah “SYAH”.
_______________
Itukan menurut sampean.. :mrgreen: , menurutku sih berbeda “TIDAK ADA”, namun secara syariat adalah “TIDAK ADA” juga

Kalau ditanya mana lebih Haq, Al Qur’an atau katanya, jelas Al Qur’an lebih Haq.
______________________
Ok ini saya terima 😀

BILA TAK KENAL TAK SAYANG.
_______________________
Orok juga tak kenal ibu kandungnya, tapi ternyata sayang luar biasa… hehehe

________________________
Nah sekarang kembali saya bertanya :
Apakah KATANYAH dengan Sunah Nabi Muhammad s.a.w lebih utama mana ?!
(Ingat sampean tadi bilang lebih Haq Al Qur’an)

Wassalam, Haniifa.

lor Muria berkata
Juli 26, 2009 pada 5:40 am

@…..
Kalau bertanya kedudukan LEBIH haq mana antara ALQur’an Sunah Nabi dan Katanyah Imam Ali sprt kutipan diatas…..Ya seperti itu urutannya…Tetapi kalau dilihat dari isi kebenarannya semua sama2 Haq.(ini semua dilihat dr sisi OBYEK).
Kalau dilihat dari sisi SUBYEK yang MENILAI, bisa saja SiA yang memakai dalil Katanyah Imam Ali (dlm kontek tulisan diatas)LEBIH tinggi kedudukannya dari pada Si B yang memakai dalil AlQur’an.

SEMUA MASALAH TIDAK BISA DIGENERALISIR, TERGANTUNG SUBYEK OBYEK, WAKTU DAN KEADAAN SERTA ISI MASALAH…sehingga pas jawabannya

==================================
BILA TAK KENAL TAK SAYANG.
_______________________
Orok juga tak kenal ibu kandungnya, tapi ternyata sayang luar biasa… hehehe
===================================
hehehe…jeli juga ya sampean……itulah hebatnya Batiniah, rasa hati, hubungan batin, tidak butuh kenal dulu/ilmu dulu semua sudah terpatri di alam Rasa Hati yang selalu mengingat.
sebenarnya juga sama dg Hati kita dengan Tuhannya, hanya karena sudah tertutupi oleh EGO/NAFSU/keduniawian/dan Ilmu itu sendiri yang membuat kita TIDAK BISA SEPERTI OROK.
Hehehe…..Kita HARUSNYA BELAJAR JADI OROK dulu yaaaa???

Untuk
Ingat: *** TIDAK SYAH SHALAT *** artinya apa ?!
=========================================
Perlu penjelasan ILMU yang Panjang……karena Kang Haniifa pinginnya:
Jawabannya to the point saja, jangan basa-basi….ya..dijawab pakai ILMU OROK AJA pasti tuntastastas….hehehe ILMU OROK ya..ya..ya..bisa aplikasikan, MAKASIH Kang Haniifa sdh ngasih ILMU OROK-nya (suueer bener bermakna ilmu OROKnya)

Peaceee


Haniifa berkata
Juli 26, 2009 pada 6:31 am

@lor Muria
Hehehe…..Kita HARUSNYA BELAJAR JADI OROK dulu yaaaa???
_____________________
Hua.ha.ha
Masak ada manusia belon pernah mengalami jadi orok dulu, kok musti balik lagih…

Kan sudah saya bilang jangan basa-basi, komentarnya malah mirip baso…

No respond ❓

_____________________________________________________________

undefined Alam Rasa berkata
Juli 26, 2009 pada 11:36 pm

Aku tidak ingin berdebat lagi tentang masalah ini, karena khawatir nanti yang lain jadi bingung. Pertanyaan sampeyan tak perlu dijawab, karena sampeyan sudah tahu jawabnya.

@Lor Muria
Silakan dilanjutkan diskusinya.

Wassalam.


Haniifa berkata
Juli 27, 2009 pada 2:49 am

@Alam Rasa
ndak masalah kalau sampean nggak mau berdebat, soal orang lain… biarlah insya Allah mereka punya pemikiran masing-masing, jadi tak perlu dirisauken bukan !! 😦

Soal bab Shalat, jika tak keberatan kita diskus disinih:

https://haniifa.wordpress.com/2009/07/18/imam-mahdi-adalah-nabi-muhammad-s-a-w-tamat/

Wassalam, Haniifa.

lor Muria berkata
Juli 27, 2009 pada 3:06 am

Saya setuju dengan Mas Alam Rasa………

Saya hanya meminjam Istilahnya Mas M4STONO:
“…apabila ada orang yg bertanya mengenai makrifat….barangkali yg bertanya lebih makrifat dari yg ditanya…”
http://wongalus.wordpress.com/2009/07/25/cahaya-petunjuk-nya-datang-setiap-saat/#comment-634

Salam Sayang dalam CintaNYA
Salam Adem ayem tentrem dalam KasihNYA
Peaceeee
wassalam


Haniifa berkata
Juli 27, 2009 pada 3:23 am

@All
Saya cuplik sepenggal artikel saiyah… 😀

Pengertian hiruk-pikuk disini jangan disalah artikan bentuk “ramainya orang berkerumun”, namun selayaknya diartikan kekacauan dalam pengkajian makna yang tersirat dan tersurat pada Al Qur’anul Karim. Allah sendiri sudah menjaminkan bahwa Al Qur’an tidak bisa dirubah, ditambah dan dikurangi walalu setitikpun, jaminan ini jangan disalah artikan bahwa ketetapan Allah akan berlaku selamanya jika kita umat Islam tidak bersedia menjaganya dengan segenap kemampuan diri masing-masing.

Apakah kalian mau membuat hiruk pikuk Al Qur’an ?!

Catatan:
Isinya adalah bagaimana mengenal tipu daya yang nyata itu.

Wassalam, Haniifa.

undefined Gama berkata
Juli 28, 2009 pada 12:27 pm

Bagiku agamaku ….. bagimu agamamu
Bagiku aturanku …. bagimu aturanmu

Bagaimana mau bercerita detail soal Jakarta…kalau belum tahu Jakarta ??
Bagaimana mau cerita detail tentang Lor Muria … kalau belum kenal dia ??
Dst…dst …. Paling2…katanya…kata si Anu …kata si Fulan !!!
Temui sendiri & rasakan …..baru cerita !!!!
Wassalam


Haniifa berkata
Juli 28, 2009 pada 1:33 pm

@Gama
Bagiku agamaku ….. bagimu agamamu
Bagiku aturanku …. bagimu aturanmu

_______________________
Hua.ha.ha.

Bagaimana @Pengembarajiwa mau cerita detail soal Al Qur’an… kalau surah Al Fatihaah saja terbata-bata… ?!

Bagaimana @Pengembarajiwa mau cerita detail soal Khalifah Ali bin Khatab… kalau sejarah Nabi Muhammad s.a.w saja masih NOL.. ?!

Bagaimana mau cerita detail tentang Lor Muria … kalau belum kenal dia ??
____________________
@Lor Muria sama dengan sampean… terlalu banyak basa-basi baso alias OMDO :mrgreen:

Wassalam, Haniifa.

Juli 28, 2009 pada 1:34 pm

@Gema
Tahu siapa Khalifah Ali bin Khatab ?! :mrgreen:

lor Muria berkata
Juli 28, 2009 pada 4:11 pm

Hayooo Siapa yang tahu Khalifah Ali bin Khatab?!
kalau saya sihh…..cuma tahu:
Khalifah ALI bin AbiThalib.K.W…
Khalifah Umar bin Khatab RA….

Kalau Khalifah Ali bin Khatab itu Khalifah ke 5 ya.. MAs Haniifa…???
MOHON PENCERAHANNYA……….Tanpa bosa basi baso lho…
hehehehe….
Wakakakakakakk…(kata KangBoed)

Salam Damai dan sejahtera
Peaceeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee….


lor Muria berkata
Juli 28, 2009 pada 4:15 pm

Kalau salah ketik berarti….Ketik Doang….??????!!!!!!!


Haniifa berkata
Juli 28, 2009 pada 6:56 pm

@lor Muria
Tahu siapa Khalifah Ali bin Khatab ?!… saiyah juga tidak tahu :mrgreen:

Hey… tukang bakso tahu basi, nehh saiyah copas dari artikel ini:

Sekarang kita lihat sejarah perkembangan panji Islam lewat para Khulafaur Rasyidin
Coba kita hitung :
1. Abu Bakar as Sidiq = Simbol “lautan” kasih sayang dunia islam
2. Umar bin Khattab = Simbol “lautan” kasih sayang dunia islam
3. Utsman bin Affan = Simbol “lautankasih sayang dunia islam
4. Ali bin Abi Thalib = Simbol kerasnya “daratan“ dalam perjuangan dunia islam

Intinya:
Jika Ali bin Abi Thalib mendapat gelar IMAM maka yang lain pun harus mendapat penghormatan yang sama dunk.
1. IMAM Abu Bakar as Sidiq
2. IMAM Umar bin Khattab
3. IMAM Utsman bin Affan

Oleh karena itu @Pengebarajiwa harus juga menyertakan perkataan para IMAM diatas… PAHAM SAMPEAN

Dasar tukang bakso, baksonya sedikit airnyah bauanyak…

No respond ❓

_____________________________________________________________

Haniifa berkata
Juli 28, 2009 pada 1:38 pm

@Gama
Temui sendiri & rasakan …..baru cerita !!!!
___________________
Coba sampean temuin sendiri dirimu sendiri… hehehe

lor Muria berkata
Juli 28, 2009 pada 4:05 pm

Hmmmmmmmmmmm…………………
Diskusi/berdebat…memang ribet,…
….TETAPI..
Kalau SUDAH MERASAKAN NurMuhammad dengan kedamaian dan kesejukannya bersama NurIlahi, semua akan berubah menjadi indah….semua terlihat dengan jelas Makna Alqur’an , Assunah dan Islam itu sendiri, yang selama ini DIPEREBUTKAN dan DIPERDEBATKAN….
Yang Ada Hanyalah TASYDIQ dalam ke-IMAN-an, Pembenaran2 akan Kebenaran Ilahi beserta Asma’ Sifat dan Af’alNYA..dan juga KalamNYA.

Bukan PERCAYA pada buku2/Kitab2/Artikel2/katanyah2, yang ketika mendapat BUKU BARU akan berubah pikiran percaya pada buku baru tersebut karena lebih benar, dan seterusnya apabila mendapat ilmu/berita/wacana yang lain. entah sampai kapan………..

Itulah PERCAYA berbeda dengan IMAN……
dalam ke-IMAN-an tidak ada Bosa basi Baso….Yang ada hanya TASYDIQ dalam Syahadah…..dan itu bersifat Ruhaniah..dan semua itu PANCARAN dari NUrIlahi………..bukan SEKEDAR akal….

semakin dijelaskan semakin bosa basi baso nantinya, jadi cukuplah sebagai renungan saja, Semoga Kita semua mendapatkan Pancaran NUrIlahi yang bisa menerangi hati yang Gelap ini…Amieennn…


lor Muria berkata
Juli 28, 2009 pada 4:17 pm

Akal bisanya OTAK ATIK GATHUK…….


lor Muria berkata
Juli 28, 2009 pada 4:31 pm

AKAL..
Terlalu banyak pertimbangan…
Terlalu banyak menyetir…..
dan terlalu menang sendiri…

lho itu kan memang TUGAS DAN FUNGSINYA..???
Ya iyalah masa iya Donk…
Lalu Hati ditaruh dimana…???

Ya ngikuti akal aja yang bisa berfikir…
AKU(akal) kan pemimpinnya disini…
AKU kan adanya di Kepala…
KAMU (hati) diam aja didalam dada…
nggak usah lihat2 gemerlapnya Dunia..
nanti jadi panas dirimu…
Biar AKU yang memegang Dunia…
menguasai Dunia dengan ilmuku…
dengan kepintaranku…
dengan Referensiku sebanyak bukuku di gudang Perpustakaan GOOGLE..
Kamu(hati) ndak usah ikut2an ini kan Dunia…
Kamu kan ndak bisa berpikir…
ndak bisa Bosa basi baso Gitu loh…
Kamu (hati) bisanya kan cuma merasakan Ruhani…
yang nyata gitu looooooooohh….

hah
hehehe

Hmmmm…
Benar juga ya SI AKAL…
eee…
Tapi aku (Hati) juga harus punya peranan…
hmmmm…..

Wassalam


lor Muria berkata
Juli 28, 2009 pada 4:37 pm

Cape’ deh….


lor Muria berkata
Juli 28, 2009 pada 4:40 pm

Ya cape’…
Akal kan memang ada batasnya…
Cuma ketik Doank…
hehehe..

yang tidak cape’ ya DIRI yang suci ini..
tidak pernah tidur..


lor Muria berkata
Juli 28, 2009 pada 4:42 pm

DIRI YANG Suci adalah….
RuhulKuddus


lor Muria berkata
Juli 28, 2009 pada 4:47 pm

RUH yang telah disucikan dari kotoran2 Nafsu dan keEGOan…
RUH yang diperjalankan berMi’raj ke Sidratul Munthaha menemui Ruhullah, Tuhan Sekalian Alam


lor Muria berkata
Juli 28, 2009 pada 4:51 pm

..dan RUH yang telah kembali keDunianya
Sebagai RahmatanlilAlaamin…
yang bertugas memperbaiki akhlaq …


Haniifa berkata
Juli 28, 2009 pada 6:59 pm

Tukang Bakso dari @Lor Muria…

Kalau sampean mau hidup didunia…. makan dulu utamaken, soal kenikmatan belakangan.

Kalau sampean mau hidup diakherat… sholat dulu utamakeun.

Shalat Maghrib… dulu ahhh.. :mrgreen:

Haniifa berkata
Juli 28, 2009 pada 7:21 pm

lanjutken…

Loba huntu ahh…. :mrgreen:

(banyak OMDO terbukti.. hehehe)

No respond ❓

_____________________________________________________________

Haniifa berkata
Juli 28, 2009 pada 7:16 pm

Contoh Salah Ketek…

Hantu dari Lor Muria… jadi HUNTU dari Lor Muria :mrgreen:

atau…

Lor Muria loba Hantu… jadi Lor Muria loba HUNTU :mrgree:
____________________________________________________________
Haniifa berkata
Juli 28, 2009 pada 7:17 pm

hua.ha.ha Kurang ketek satu huruf

Lor Muria loba Hantu… jadi Lor Muria loba HUNTU :mrgreen:

____________________________________________________________

أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَـنِ الرَّجِيمِ
إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنزِيرِ وَمَآ أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلاَ عَادٍ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِي

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 2:173)

Untuk bertahan hidup didunia manusia harus makan,  bahkan makanan yang diharamkanpun diperbolehkan oleh Allah subhanahu wa’tala demi melangsungkan HIDUP DI DUNIA. Dngan demikian untuk hidup di akhirat harus kerjakan SHALAT 5 waktu sesuai dengan kemampuanya, dan jangan di pikirken soal diterima atau tidaknya ibadah tersebut, ikhlaskan dan hanya Allah semata yang menentukan bukan definsi IMAM tertentu.

Wassalam, Haniifa

54 Responses to “Shalat khok ribet gituh”

  1. lovepassword said

    jangan di pikirken soal diterima atau tidaknya ibadah tersebut, ikhlaskan dan hanya Allah semata yang menentukan bukan definsi IMAM tertentu.

    ===> Lha tak kira konsepnya itu yah malah persis tulisan kamu itu, Pak Guru.
    Bagian Pertama : Usaha
    Bagian Kedua : Ikhlas.

    Manusia harus berusaha meskipun bukan manusia yang menentukan
    Atau pada sisi lain meskipun ada kesadaran bahwa bukan manusia yang menentukan ya manusia tetap harus berusaha.

    Dah gicu tok sih : Sayyidina Ali Karamallahu wajhah pernah mengatakan : “Tidak syah Shalat seseorang melainkan terlebih dulu harus mengenal Allah”. Begitu ia ditanya apakah engkau mengenal / melihat akan Allah, maka di jawab oleh beliau : “Aku tidak mangabdi kepada yang tidak aku kenal / lihat”.

    Kalo dari analisaku mungkin kata kuncinya ya kayaknya justru itu .
    Kalimat Pertama : Isinya adalah bahasa tidak langsung atau himbauan usaha untuk Menganal Allah. “Tidak syah Shalat seseorang melainkan terlebih dulu harus mengenal Allah”
    Kalimat Kedua : Isinya Kesadaran akan keterbatasan manusia.

    Kalimat Aku tidak mangabdi kepada yang tidak aku kenal / lihat , kalo dilihat dari sisi bahasa maknanya memang bisa ganda : Pertama Karena (merasa) Kenal jadi Mengabdi atau sebaliknya Justru dengan kalimat tersebut Imam Ali ingin mengatakan bahwa beliau belum merasa kenal. Atau ungkapan dengan maksud merendahkan diri. Imam Ali justru ingin mengatakan beliau belum merasa kalo beliau sudah mengabdi karena beliau menyadari keterbatasan pengenalannya terhadap Allah.

    Jadi mungkin konsepnya itu Manusia berusaha tetapi dalam usahanya tersebut manusia sadar kalau bukan dirinya yang menentukan. Melakukan pengabdian tetapi tidak merasa mengabdi.

    Jadi yah malah intinya persis sama seperti ending tulisan kamu itu : jangan di pikirken soal diterima atau tidaknya ibadah tersebut, ikhlaskan dan hanya Allah semata yang menentukan bukan definsi IMAM tertentu. Lah mungkin saja kalimat di atas itu malah sebenarnya identik dengan tulisan kamu.

    • haniifa said

      @Mas Lovepassword
      Sama tapi tidak serupa… :mrgreen:

      Menurut pemahaman saya : makan dulu diutamakan, soal nikmat makan terasa atau tidak maka bayangkan saja ketika makan.

      Menurut pemahaman Oom Ali : bayangkan dulu makanan enak/nikmat, kalau sudah terbayang baru makan, lha kalau tidak terbayang ?! 😀

      Note:
      Mohon maaf Hadits Nabi Muhammad s.a.w sekurang-kurangnya ada perawi dan di uji oleh sebagian para khalifah (termasuk Khalifah Ali bin Abu Thalib) selanjutnya oleh para ulama besar.

      Apakah statement yang “katanyah” itu teruji ?
      Track recordnya bagaimana ?!

      Wassalam, Haniifa.

  2. datang…
    sekarang ngomongin sholat ya?

    mau tanya?
    gerakan shalat itu diambil dari hadist atau al’quran?

  3. chodet22 said

    its ok…mantap sekali jebakkan ali bin khattab itu…

    gema…ditanyakan status islamnya…cuma si lol muria udach memotongnya…
    Buat lol muria ..belajar lagi gih…ok coba datang juga ke blogku…

    2 jempol…buat haniifa…
    _________________

    @Mas Chodet22
    😀

    #Haniifa

  4. chodet22 said

    Khusyu..apa itu khusyu???
    _______________
    @Mas Chodet22
    Khusyu itu adalah orang yang tetap menetapi (menjalankan pada waktunya) Shalat dengan tartil dalam artian semampunya mis. dalam keadaan sakit : bacaan shalat tetap sama lirih namun gerakan shalat bisa berbaring, duduk atau berdiri.

    Wassalam, Haniifa

    • Assalamu alaikum

      Khusyu”
      dibilang tak terdengar apa2 pun atau tak terlihat apapun selain ALLAH…adalah bohong..

      kalau tak terdengar dan tak terlihat…kok ketika Irmam membaca takbir untuk ruku’..dia si ma’mum ikut ruku’…

      nich saya kasih teori Khusyu dalam sholat:

      Terdengar…tak didengar…
      Terlihat …tak dilihat…
      Terasa……tak dirasa…
      tercium…..eit..tak dicium…baunya..mksdnya…
      ….tapi yang ini susah nerapkannya :

      Terucap….tak diucap….yg mengucapkan adalah……

      ada tambahan dari yang lain???

      Wassalam
      __________________________________

      Wa’alaikum Salam, @Mas Ayruel Chana
      😉

      #Haniifa.

      • Ralat ..irmam ..jadi Imam
        :
        kalau tak terdengar dan tak terlihat…kok ketika Irmam membaca takbir untuk ruku’..dia si ma’mum ikut ruku’…

        seharusnya :
        kalau tak terdengar dan tak terlihat…kok ketika Imam membaca takbir untuk ruku’..dia si ma’mum ikut ruku’…

  5. Ketika Eling Jadi Tujuan

    ….dirikanlah shalat untuk mengingat Aku “penggalan” ayat ini dijadikan landasan dalil bahwa Mengingat Allah sebagai tujuan dari shalat “Jelas sekali firman Allah menerangkan kepada kita bahwa tujuan dari pada shalat adalah agar kita ingat akan Allah”.
    Jadi penting sekali untuk bisa mengingat akan Allah, sebab Allah akan memelihara dan menjaga orang–orang yang selalu ingat akan Ia. Jalan untuk bisa mengingat akan Allah ia harus kenal dengan Allah
    Dan untuk mengenal akan Allah terlebih dahulu harus mengenal dengan diri sendiri

    Tiga pernyataan diatas di”kunci” oleh perkataan Sayyidina Ali Karamallahu wajhah…

    “Tidak syah Shalat seseorang melainkan terlebih dulu harus mengenal Allah”.

    dan

    “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya”. (QS, Al-Maa’uun : 4 – 5)

    lantas kemana arah “pemahaman” ini ? … Shalat seperti apakah yang dimaksudkan Allah?

    point “pemahaman” ini diarahkan pada …..

    yaitu shalat yang di dalamnya di isi dengan zikir / ingat akan Allah yang sudah pasti mengenal akan Allah.
    Bagi mereka yang selalu ingat akan Allah, maka akan ia dapatkan ketenangan dan ketentraman jiwa
    Dengan memperbanyak ingat kepada Allah, membuat jiwa semakin mantap di dalam ketenangan
    Mereka itulah orang–orang yang mendirikan shalat dan yang diterima shalatnya oleh Allah SWT.

    Kesimpulan yang saya tangkap dr pemahaman ini adl “yang mendirikan shalat adalah yang memperbanyak ingat pada Allah” atawa secara ekstrim kira2 begini : “CUKUPLAH ELING PADA GUSTI Allah Nu Maha Kawasa krn itu sejatinya SHALAT” ..

    sementara sekian … maaf atas keawaman saya ..

    • haniifa said

      @Kang Kopral Chepot
      “CUKUPLAH ELING PADA GUSTI Allah Nu Maha Kawasa krn itu sejatinya SHALAT”
      __________________________
      Apakah bakal kenyang perut kita jika: “CUKUPLAH BAYANGKAN NIKMAT MAKAN karena itu sejatinya MAKAN”

      (pantasan di Indonesia seur yang busung lapar… :mrgreen: )

      Wassalam, Haniifa.

      • nambah lagi yang salah nulis Kopral Cepot jadi Kopral Chepot…. 😆

        btw … sedikit saya memahami ayat :
        “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka mengabdilah hanya kepada Ku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS, Thaahaa : 14)

        Kalimat pertama :
        Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku adl kewajiban untuk ber”ma’rifatullah” mengenal Allah.. mengimani Allah, Menyakini Allah … bertauhidullah.

        Kalimat kedua :
        maka mengabdilah hanya kepada Ku dan dirikanlah shalat kewajiban bagi yang beriman pada Allah … yang bertauhidullah untuk ber”ibadah” dan ber”ubudiyah” … makna “Ibadah” adalah mencakup seluruh aspek hidup dan “ubudiyah” bersifat ritual ..

        Kalimat ketiga :
        untuk mengingat Aku … mengingat Allah adl mengingat apa yang menjadi Kewajiban kita kepada Allah .. Seperti halnya perintah Allah ” Hai Orang-orang yang beriman, berimanlah .. jadi mengingat Allah adalah supaya Iman kita bertambah dan kualitas “ibadah” dan “ubudiyah” kita meningkat hingga … TAQWA .

        jaDI “bertauhid adalah landasan pengabdian/ibadah”

        skali lg mohon maaf atas keawamannya …

      • haniifa said

        @Kang Sersan Cephot
        بسم الله الر حمن الر حيم

        Setiap 2 rakaat dalam shalat atau diakhir shalat maka wajib hukumnya membaca…
        Laa Ilaha Illa Allah… dsb.
        (Tiada Tuhan selain Allah… )

        Jadi nggak perlu memikirken apa itu mbak Sari’fat, ikan Se’fat, atawa Hahke-bhekok… :mrgreen:

        Permohonan maaf, diterima…

        Wassalam, Haniifa.

    • haniifa said

      yaitu shalat yang di dalamnya di isi dengan zikir / ingat akan Allah yang sudah pasti mengenal akan Allah.
      __________________________
      Didalam Shalat itu ada Zikir Om Cepet Copot. 😀

      Berzikir saat RUKUK: Subhana rabbial adzim wabihamdi 3x

      Berzikir saat SUJUD: Subhana rabbial a’la wabihamdi 3x

      Wassalam, Haniifa.

    • rubondr said

      Hot isue
      ___________

      @Mas Rubondr
      😀

      #Haniifa.

    • Assalamu alaikum

      Zikir adalah bagian dalam sholat…

      Sholat bukan zikir.

      Ban mobil bukan mobil…

      Apa bisa disebut stir mobil adalah mobil….???

      Makanya :

      Mobil tanpa ban….yap pincang lach…
      mobil tanpa stir….wach..tak bisa dikendalikan…

      walau tuch mobil bisa jalan….
      oi…..bahaya coy…

      Mudah2an paham serta bisa mengambil manfaat dari perumpamaan saya yang bodoh ini…

      wassalam

      • haniifa said

        Wa’alaikum Salam, @Ayruel Chana
        Mobil tanpa ban….yap pincang lach…
        mobil tanpa stir….wach..tak bisa dikendalikan…

        ____________________
        Huahaha betul @mas mobil mogok/rongsok rasanya nggak ada orang yang pakai sampai detik ini…

        Jalan lenggang kangkung ajah sudah capek, apalagi sambil bawa-bawa ban dan stir mobil… cape luar biasa dach.

        Makanya :
        MOBIL YANG BAIK..yah.. MOBIL HARUS UTUH SEMUA LENGKAP

        Ati-ati coy… jangan terbalik… :mrgreen:
        (kecuali ada orang nekat yang bawa mobil tampa stir…hehehe)

        Wasalam, Haniifa.

  6. adi isa said

    wow..
    update postingan kang hanif cepat banget…

    maaf nih kang saya nimbrung, soal artikel di blog kang PJ itu .

    apa yang kang hanif tanyakan dipostingan paling atas itu (sama dengan yang ada di blog PJ)

    mungkin saya melihat ada hal yang perlu diluruskan sedikit saja namun bukan berarti kang hanif salah bertanya,apa yang kang hanif tanyakan sehubungan dengan yang ini:

    Sayyidina Ali Karamallahu wajhah pernah mengatakan : “Tidak syah Shalat seseorang melainkan terlebih dulu harus mengenal Allah”. Begitu ia ditanya apakah engkau mengenal / melihat akan Allah, maka di jawab oleh beliau : “Aku tidak mangabdi kepada yang tidak aku kenal / lihat”.
    _________________________
    Mohon maaf rasanya kontradiksi satu sama lain ?!
    Lalu bagaimana dengan ayat berikut :

    Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada adzab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan (haniifa:mengerjakan/menetapi) shalat. Dan barang siapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali (mu)

    adi isa: dari hadits dan alquran diatas, sangat sinergi.
    pada pernyataan ali diatas: mengenal Allah bukan berarti harus melihat wujud Allah dulu baru kemudian percaya lalu mengabdi padanya. (melihat Allah disini, tentu lewat ilmu, bukan berarti melihat secara mata manusia) tapi tau dulu lewat ilmu siapa yang hak untuk disembah dan diimani. jangan sampai kita nyembah tulisan ALLAH..tanpa mengenal secara ilmu.

    merujuk ayat alqurannya:
    …Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada adzab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan (haniifa:mengerjakan/menetapi) shalat.

    mereka dalam ayat alquran itu, dimaksudnya adlah orang-orang yang mengimani Allah dan tau dengan konsekwensinya sebagai hamba, even mereka nggak melihat Allah dalam wujud nyata manusianya.

    jadi semua sinergi, nggak ada yang salah dari pertanyaan kang hanif. semoga kita semua mendapat hikma dari postingan kang hanif..

    terimakasih kang, postingan yang seru dan menarik..
    salam hangat.
    ______________

    @Kang Adi Isa
    Kembali kasih @kang.

    #Haniifa.

  7. backpackerman said

    fiuh panjang bener.. brb ngaso leyeh2 dulu di masjid nunggu adzan…
    _____________________

    @Mas Backpakerman
    😀

    #Haniifa.

  8. masblankon said

    ikut menyimak …
    salam kenal smua 🙂
    _________________

    @Mas Blankon
    Terima kasih.

    #Haniifa.

  9. qarrobin said

    @all

    Saya setuju sama Kang Haniifa

    Lanjutkan ya Kang,

    Saya awam disini, perlu banyak belajar sama kalian semua

    _________________

    @Kang Qarrobin Djuti
    tengkiu banget lho, kita bareng-barang ajah blajar… 😀

    #Haniifa.

  10. KangBoed said

    Hehehehe.. mampir jadi penonton aja dah.. hahaha..
    Salam Sayang
    ______________________________

    Salam sayang kembali, @Kang Boed

    #Haniifa.

    • qarrobin said

      what this is
      blogwalking
      hahaha

      by mbah surip
      __________________

      @Kang Qarrobin Djuti
      hahaha 😉 😀

      #Haniifa.

  11. Fietria said

    @kangboed
    Jadi penonton kok komen?
    😆

    @haniifa
    Saya dulu pernah kenal tuh sama mbah PJ (panggilan sayang kangboed pada PJ).
    Kebetulan mbah PJ ini tinggal di balikpapan berdekatan dengan saya yang di samarinda. Orangnya sih masih muda, dulu pernah ke Jakarta buat ketemuan sama kangboed dkk.
    Saya sudah lama enggak berkunjung ke blog mbah PJ, waktu itu saya masih pakai nama fitri. Sekarang ganti nama supaya sesuai dengan nama blog saya. Mbah PJ ini sama sukunya dengan saya, yaitu suku banjar.
    ________________

    @Tuan Poetri
    Thx, Info nya 😀

    #Haniifa.

  12. itempoeti said

    sayyidina Ali bicara tentang tajalli…
    agak sulit untuk memahami apa yang beliau maksud jika mencoba mendekatinya semata dari sisi syari’at saja…

    • haniifa said

      @Itempoeti
      Yang gampang itu adalah penjelasan Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad s.a.w….
      Sepengetahuan saya sayyidina Ali bukan Nabi dan bukan pula Rasulullah…. lagian bisa saja bukan pula ucapan beliau tentang tajalli.

      (kalau tentang tajalli itu,ternyata ucapan Si Duleh yang dungu dan picek, bigimana ?! :mrgreen: )

  13. arifin said

    sebenarnya kita butuh ruang yang lebih luas untuk membahas ini….

    “ihsan itu adalah menyembah Allah seakan-akan kamu melihatNya, jika kamu tidak mampu melihatNya, maka sesungguhnya IA melihatmu”. HR. Bukhari & Muslim.

    Sebagaimana diketahui, bahwa ihsan adalah tingkatan beragama tertinggi, setelah islam dan iman. Rasulullah pernah melarang sahabat yang baru masuk islam untuk mengatakan aku beriman, tetapi rasulullah justru menganjurkan mereka mengatakan aku berislam. ini menunjukkan bahwa memang ada pentahapan dan kriteria yang jelas dalam islam dalam masalah ini.

    adapun atsar dari Ali yang anda tulis, yang menyatakan masalah syah tidaknya sholat, tentu bukan pada tempatnya. karena jangankan atsar shahabat, hadits doifpun tidak dapat dijadikan dalil dalam hukum islam. Hukum islam (fiqh) semata-mata dibangun diatas basis al qur’an dan hadits shohih.

    sedangkan pengakuan ali, tentang “melihat” Allah adalah sesuatu yang benar. dan semua orang dapat melakukannya jika sudah mencapai derajat ihsan. hanya saja melihat disini bukan berarti menyaksikan dzat Allah dengan mata. Kata kaannaka (seakan-akan) pada hadits yang saya kutip di atas bahwa melihat itu bukanlah interaksi fisik.

    Cukuplah bagi kita untuk mengambil ibrah dari kisah Ibrahim dan Musa as. Ketika Allah menunjukkan sedikit nur-Nya maka seketika luluh lantak bukit yang disaksikan Musa.

    jadi, tak ada kontradiksi.

    • haniifa said

      @mas Arifin
      sebenarnya kita butuh ruang yang lebih luas untuk membahas ini….
      ____________________
      Duh… bagi sayah cukup (QS 2:110)

      Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

      Insya Allah, sampai detik ini saya yakin Allah pasti melihat semuanya apa yang kita lakukan walaupun ada orang yang tidak mempunyai kedua bola mata (mis: cacat lahir)

      Sori saya kritisi terjamaah hadits saudara :
      “ihsan itu adalah menyembah Allah seakan-akan kamu melihatNya, -jika kamu tidak mampu melihatNya, maka KAMU PASTI TIDAK MAMPU MELIHATNYA TAPI sesungguhnya Allah melihatmu”. (HR. Bukhari & Muslim)

      Bukti dalam Al Qur’an:
      Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang“, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya (QS 2:55)

      Baik saudara melihat dengan hati, mata atau fikiran maka apaupun itu hasilnya seperti di sambar halilintar.

      Lalu bagaimana cara mengenal Allah ?!
      Dan apabila mereka melihat sesuatu tanda kebesaran Allah, mereka sangat menghinakan. (QS 37:14)

      Kesimpulan:
      Jika saudara melihat tanda kebesaran Allah, maka bersyukurlah….
      Jika saudara mengenal lebih dalam tanda kebesaran Allah, maka bersyukurlah…

      *** PAHAM SAMPEAN ***

      Wassalam, Haniifa.

    • haniifa said

      @Mas Arifin
      Kata kaannaka (seakan-akan) pada hadits yang saya kutip di atas bahwa melihat itu bukanlah interaksi fisik.
      _______________________
      seakan-akan kamu melihatNya = Pasti kamu tidak mampu “melihat” Nya

      Bigimana menurut sampean ?!

  14. uvi07 said

    assalamu’alaikum….
    wah..wah asyik juga yk….
    ikut ngramein jha, coz Sholat merupakan satu Ibadah yang wajib ditegakkan, dan penegakannya harus menurut cara yang benar, hal itu semuwa dapat kita ktahui dg memahami Isi Al-Qur’an…
    juga Hadits-hadits Nabi ttg tata cara Shalat…
    agar Shlat kita tidak sia-sia…
    so, back to Qur’an and Sunnah Nabiyyullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam….
    kita berdo’a agar shalat kita mencocoki dengan apa yang Beliau Shallallahu alaihi wa aalihi wa sallam contohkan….
    amien
    ______________

    Wa’alaikum Salam, @mas Uvi07
    Amin.

    #Haniifa.

  15. mbah tukul said

    @ALL

    Setahuku, shalat khusyu itu ndak ada. Sholat ya sholat biasa. Kalo mau sholat khusyu, ya semedi atau meditasi. Ini yang biasa diprakteken oleh kita di Jawa. Eling pada Gusti Allah, ya dengan semedi atau meditasi itu. Gitu aja kok repot!!

    • haniifa said

      @mbah Tukul
      Semuah nyang merasa serumpun dengan @mbah Tukul Surakul yang makan nasi pakai dengkul… :mrgreen:

      Wa qala Allahu ta’ala (QS 23:1-2):
      أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَـنِ الرَّجِيمِ

      بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ
      قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
      الَّذِينَ هُمْ فِى صَلاَتِهِمْ خَـشِعُونَ

      Aku memohon perlindungan kepada (dengan nama) Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.
      Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.
      1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
      2. (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya

      Al Mu’minuun = Orang-orang yang beriman / berpendirian kuat
      Khusyu = konsisten / menetapi

      Kesimpulan:
      Orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya = orang-orang yang konsisten menetapi shalat walaupun dalam keadaan takut dibunuh, diperjalanan atau dalam keadaan aman.

      *** PAHAM atau HAMPA ***

      Saran:
      @mbah Tukul buang tuh primbon dengkulmu kui, pelajari saja bahasa/huruf jawi kuna sebagai ilmu pengetahuan bukan sebagai suatu kepercayaan tahayul/mistik.

      Bigitu ajah yach, knalpot butut… :mrgreen:

      Wassalam, Haniifa.

    • gue said

      @mbah tukul
      Mbah aku wong jowo!!!!. Tapi aku tidak sreg dng pendapatmu. Menurutku, kowe masih belum banyak iqro Qur’an & hadist, dari pada mas haniifa. Jadi yen ngomong/tanya tentang sholat/islam yo mas haniifa yg lebih baik pendapatnya.
      Kecuali kalau ngomong2 tentang kenapa blankon jogja solo belakangnya ada bendolannya so pasti aku luwih percoyo sampeyan he he he he.

      Jadi kalau ada orang (jowo/sundo/banjar/irian/padang/arab) yg tdk/blm banyak pengetahuannya ttg islam/sholat/Qur’an ngomong ttg itu yo pasti banyak salahe dibanding orang (jowo/sundo/banjar/irian/padang/arab)yg SUDAH LEBIH BANYAK BACA/ILMU/PENGETAHUAN tentang itu.

      @mas Haniifa
      Assalamu’alaikum wr. wb.
      Gue serumpun ama siMbah, tapi makan nasinya nggak pakai dengkul (sebenarnya mau gue coba tapi mbayangin aja sdh susah banget…he he he).
      Wassalamu’alaikum wr.wb.

      Wa’alaikum Salam Wr.Wb. @Gue
      Lha kayakne, si @mbah Tukul makan nasi pakai dengkulnya ?! 😀 😆

      Wassalam, @Haniifa

  16. Fietria said

    @mbah tukul
    Saya tidak sependapat dengan anda. Karna meditasi bukanlah shalat khusyu yang diajarkan nabi Muhammad. Contoh: jika saya shalat tapi mata saya menatap televisi dan bergerak-gerak dengan sengaja atau shalat terburu-buru, sudah tentu dikatakan shalat saya tidak khusyu.
    ____________

    @Tuan Poetri
    Sephhh dah… 😀

    #Haniifa.

  17. ………………

  18. Too Cool said

    @ALL

    Mulai sekarang mbah kepingin dipanggil “Too Cool” artinya terlalu keren/ganteng.

    @Haniifa

    Aku bingung pendapat sampean, kalo khusyu itu artinya “menetapi”. Lha, sholat itu wes tetep kok perlu ditetapi lagi. Sholat biasa itu namanya, yang perlu ditetapi, bukan sholat khusyu. Sebagian besar Ulama mengatakan kalo khusyu itu artinya: konsentrasi fikiran kita penuh menghadap kepada Gusti Allah, nggak melayang kemana-mana. Inget makanan yang belum sempet dimakan..inget dompet yang dicopet..inget pekerjaan.. Itu bukan khusyu namanya.

    @Mba Fietria

    Panggil aku Mas “Too Cool” dong. Begini ya mba eh..neng geulis. Ya betul kalo lagi sholat terus di TV ada acara sinetron yang rame, kita sholatnya jadi nggak khusyu, karena keburu-buru takut ketinggalan “moment” yang seru.

    Tentang meditasi, dari pelajaran yang aku dapat dari tarekat…, sholat khusyu itu, ya meditasi itu. Kanjeng Nabi Muhamad SAW juga melakukan meditasi dan nyepi di Gua Hira, sebelum mendapatkan wahyu dari Gusti Allah. Cobalah, fikirken sebelum turunnya wahyu perintah sholat, apa yang dilakukan Nabi di Gua Hira?

    • haniifa said

      @Too Cool
      Sebagian besar Ulama mengatakan kalo khusyu itu artinya: konsentrasi fikiran kita penuh menghadap kepada Gusti Allah
      _________________
      Inget yach sampean bilang sebagian ulama, berarti ada dunk sebagian ulama yang lain bilang kusyu itu bukan konsentrasi tapi ucapkanlah bacaan mu tidak terlampau keras dan tidak juga terlampau pelan tapi ambil diantara keduanya, artinya PENDENGARAN sampean normal, BIBIR sampean normal, FIKIRAN sampean normal sebab apa yang difikirken kudu sesuai dengan yang diucapken… kalau bisa terjemahken artinya, kalau ada nyamuk yach… dirasaken gatalnya, mosok jadi mati rasa…hahaha…. wong yang udah dishalatken mungkin yang mati rasa mah… 😀

      nggak melayang kemana-mana.
      _________________________________
      Memang harus sesuai antara ucapan dan pendengaran, saya mau tanya sama sampean, kalau @To Cool lagi semedi terus kentut bisa nggak sambil mikir utang dan membaui entut mu kui ?! :mrgreen:

      (sori neeh to the point penjelasannya… saya khawatir sampean banyak OMDO…. hehehe )

    • haniifa said

      @Too Cool
      apa yang dilakukan Nabi di Gua Hira?
      _______________________
      Kegiatan beliau : tidur, duduk, jalan, kadang garuk-garuk, makan, minum, buang air besar dan kecil, mungkin juga beliau kentut sebab aneh dunk kalau beliau nggak kentut-kentut… 😀 yang pasti bernafas dengan udara yang segar….

      (Pertanyaan nya khok kayak anak teka… hehehe, nggak tahu apa, Siti Khadijah suka mengirim makanan dan minuman juga pakaian pengganti, saat Nabi Muhammad s.a.w berada di Gua Hira ?! 😛 )

      #Maaf Tuan Putri sedang sibuk, maka saya jawabken… #

      • masblankon said

        luthu… meditasi nyambi makan, minum, bab dll 😆

        ada ada sajah Kang Haniifa .. pinter n nggelitik … 🙂 mangga lajengkeun ngopi na.. he he he

      • haniifa said

        @Mas Blankon
        Tapi sangat manusiawi khan ?! 😀

      • hendra sp said

        jawaban dan pandangan saudara seperti itu sangat menyakitkan saya…. sepertinya anda bukan muslim…

      • Eagle said

        @Hendra Sp
        Apa pendapat saudara-i Hendra, kalau beliau itu ternyata seoran MU’MIN (mukmin) ?!
        Sepengetahuan kami, muslim dan mu’min itu beragama Islam lho !!
        Atau jangan-jangan @Saudara-i tidak tahu menahu tentang diin islam ?! :mrgreen:

    • Cekixkix said

      Semedi mati geni di guha hiro, karena memang nggak ada api… Cekixkix…kix..kix..

      • haniifa said

        @Cekixkix
        Wahh… emang Nabi Muhammad s.a.w makan api gituh ?! 😀

      • Cekixkix said

        @Om Haniifa
        Kalau lagi meditasi, kan enggak makan dan minum… Cekixkix…kix..kix..

      • haniifa said

        @Oom Cekixkix
        Mau tanya neehh, kita semua tahu Nabi Muhammad s.a.w menerima Wahyu pertama kali di Gua Hira, bukan !!

        Pertama:
        Hadits mengatakan bahwa unta Nabi Muhammad s.a.w akan rubuh saat beliau menerima wahyu sebelum Haji Wada, so… Apakah Nabi Muhammad s.a.w sedang semedi/meditasi diatas unta gituh ?!
        (haditsnya silahken, cari sendiri… hehehe)

        Kedua:
        Apakah Nabi Daud a.s, Nabi Musa a.s dan Nabi Isa Al Masih juga semedi/meditasi sebelum menerima wahyu ?!

        Wassalam, Haniifa.

      • Cekixkix said

        @Om Haniifa
        Saya kan tidak bilang sedang menerima wahyu… Cekixkix….kix…kix…

  19. @Haniifa

    dia (si x..i..x…_ )mengira nabi Muhammad itu bersemedi kayak biksu2 sholin…..di gua hira…

    wach tak salah lagi..yg berpendapat begini….
    ach semua pada tahulach….
    ———–
    ______________________

    @Mas Ayruel Chana
    😀

    #Haniifa.

  20. […] namun sayang delay tidak bisa diperhitungken dengan adanya para Tuan Tamu yang masih setia,  sebagai kacung blog ini. Sebagai tuan rumah yang  tidak baik tentu saja harus memberikan kebebasan kepada para […]

  21. […] Azhim…. Umat islam acapkali terjebak oleh permainan dikotomi shalat khusyu, sederhananya adalah jalani dengan menetapi waktu-waktu shalat wajib maka Insya Allah akan […]

  22. […] الله عليه وآله وسلم) meninggal, timbul banyak Dajjals (nabi palsu) di tanah Saudi. Pengikut Dajjals ini terbentuk menyimpang dan sekte-sekte sesat. Para sahabat berperang melawan nabi-nabi palsu ini, […]

  23. arkasala said

    Kang Haniifa, ada beberapa catatan yang diingatkan di artikel ini dan saya sendiri mempunyai hal-hal yang perlu disampaikan ke Kang Haniifa dan mungkin saya mau minta pendapatnya jika tidak berkeberatan. Saya akan coba beberapa hari ini akan saya susun terlebih dahulu. Karena dengan membaca beberapa hal baik dari artikel ini maupun dari jawaban atas komentar Kang Haniifa saya ada beberapa yang sependapat.
    Hatur nuhun pisan Kang atas pencerahannya kepada saya yang masih terbata-bata ini.
    Salam hangat selalu 🙂

    @Kang Yayat
    Hatur tengkiu…

    diantos @Juragan 😉 😀

  24. […] Shalat khok ribet gituh […]

Leave a comment