حَنِيفًا

haniifa.wordpress.com

Archive for July, 2007

Matematika Islam: bisakah dipertahankan 6348 ?

Posted by حَنِيفًا on July 24, 2007

Assalamu’alaikum,

Alquran bersama Basmalah 6348 ayat
(Buku karangan K.H Fahmi, Matematika ISLAM, hal. 21).
Menarik, tapi sayang penjelasannya dari sudut pandang yang lain, walaupun beliau sudah menunjukan didalam tabel.
‘Bismillaahir rahmaanir rahiimi’ dalam surat Al Faatihah (QS 1:1) artinya mungkin sama dengan Surat “An Naml” (QS 27:30) tapi dalam ayat tersebut dikatakan satu ayat lengkap jika dibaca secara utuh yaitu:  “Innahu min Sulaimaana wa innahu ‘Bismillaahir rahmaanir rahiimi’“.

Read the rest of this entry »

Posted in Bantahan | 33 Comments »

Shalat Tahajud = label ?

Posted by حَنِيفًا on July 14, 2007

Assalamu’alaikum,

Bayangkan kalau kita mengendarai mobil tampa memperhatikan tanda-tanda lalulintas, tentu kemungkinan bertumbukan akibat salah pengertian antara pengendara satu dengan yang lainnya akan sangat besar. Kalau soal tanda-tanda lalulistas, Read the rest of this entry »

Posted in Tahajud | 6 Comments »

Shalat tahajud menambah keimanan.

Posted by حَنِيفًا on July 14, 2007

Assalamu’alaikum,

MAA SYAA ALLAH, kalau ada peribahasa “sekali mendayung 2 tiga pulau terlampaui” akan menjadi tidak berarti apa-apa peribahasa tersebut dibandingkan dengan ungkapan (terjemaahan) Al Qur’an (apalagi dengan bahasa dan huruf aslinya).

Surat Al Israa’ ayat 78-79:
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”

“Dan pada sebahagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”
Read the rest of this entry »

Posted in Tahajud | 6 Comments »

Membaca terjemaahan Al Qur’an yang baik ?

Posted by حَنِيفًا on July 6, 2007

Sumber : Pikiran-Rakyat Kamis, 20 Nopember 2003
Dalam buku Fenomenologi Alquran karya Drs. Anharudin, Dr. Lukman Saksono, M.A., dan Lukman Abdul Qohar Sumabrata (Al Ma’arif Bandung, 1997), mengungkapkan sejumlah pertanyaan menarik untuk dicermati. Misalnya, mengapa Alquran disusun dalam bagian-bagian yang disebut juz dan mengapa jumlahnya ada 30 juz? Mengapa pembagian juz tidak didasarkan surat utuh, tetapi justru atas unit ayat dan tanda ‘ain?

Apakah tanda ‘ain hanya diartikan sebagai tanda berhenti membaca? Mengapa yang digunakan huruf ‘ain, bukan huruf lainnya?

Menurut para ahli tafsir dan para ahli Qira’ adalah tanda berhenti/berakhir sesuatu yang Allah subhanahu wa ta’ala beritakan dalam istilah membaca Al Qur’an dinamakan Mukrah.

Sehingga Insya Allah semakin faham umat Muslim mengapa ada penggolongan :
1. Fardhu ‘Ain misal Syahadatain, Shalat Wajib, Zakat, Puasa,….
2. Fardhu Kifayah misal Shalat mayit, menguburkan mayit…

Semoga saja kebiasan baik membaca Al Qur’an dan tarjamaah dalam satu ‘ain menjadi kebiasaan yang rutin, sehingga kita tidak kehilangan relasional dan kontektual makna yang tersirat.

Seandainya mengaji Al Qur’an surah Al Maa’idah seminim-minimnya dari ayat 1-5, kemudian bacalah tarjamaahnya semisal Versi Departemen Agama RI thn. 1990 dimana sebagai ketua Dewannya adalah Prof. R.H.A Soenarjo, SH.

Wassalam, Haniifa.

Besambung :
1. Hati-hatilah walaupun hanya satu huruf, semisal “Rukun” = “Ruku” + “n”

Posted in Diskusi, Tanda baca | 7 Comments »